Di Jepang sendiri, film adaptasi manga karangan Aoyama
Gosho ini telah dirilis sejak lama, yaitu pada 19 April 2014 lalu.
Kisahnya sendiri mengambil tema seorang penembak jitu yang membuat teror
terhadap orang-orang incarannya hingga membuat penduduk kota panik. Lalu,
seperti apakah filmnya?
Film dibuka dengan Conan, Profesor Agasa, Ran,
dan kawan-kawan kecilnya sedang berada di Menara Bell Tree yang tingginya 635
meter. Saat rombongan tersebut beserta pengunjung lainnya sedang menikmati
keindahan dari ketinggian, tiba-tiba seorang pria tewas ditembak dari kejauhan yang
pelurunya mampu menembus jendela menara.
Akhirnya, Detective Conan pun mengejar pelakunya bersama
dengan Masumi Sera yang sudah berada di sana sejak awal. Pengejaran
pun berlangsung seru dan berbahaya hingga melibatkan banyak polisi. Sayangnya,
sang pelaku kabur saat tak sengaja terlempar ke laut.
Kasus pun berkembang dengan adanya kecurigaan dari pihak
kepolisian Jepang dan FBI terhadap seorangsniper (penembak jitu) asal
Amerika Serikat. Sang tersangka juga pernah terlibat dengan Angkatan Laut
Amerika Serikat, Angkatan Laut SEAL, serta para mantan perwira militer Amerika
Serikat lainnya yang sedang bekerja di Jepang.
Ternyata, kasus pembunuhan di menara hanyalah awal dari
rentetan rencana pembunuhan lain dari sang tersangka yang melibatkan mantan
rekan-rekannya sewaktu masih bertugas di lingkungan militer. Bahkan, ia sukses
membuat seisi kota menjadi panik.
Sedikit demi sedikit, misteri pun terkuak hingga munculnya
hal-hal tak terduga. Conan pun sebisa mungkin membantu agen FBI menangkap
pelaku utamanya. Klimaksnya, Ran, Sonoko, dan kawan-kawan kecilnya turut
terlibat untuk menangkap sang penjahat bersama Subaru Okiya yang juga
familiar di mata penggemar anime Detective Conan. Film animasi Detective
Conan: Dimensional Sniper pun berakhir dengan sangat menggembirakan.
Tema yang diangkat oleh penulis naskah Kazunari Kouchi di
bawah arahan sutradara Kobun Shizuno ini memang cukup menarik.
Skandal di lingkungan militer Amerika Serikat, serta konspirasi dari pelakunya,
digambarkan sangat mendalam dengan warna khas anime Conan.
Karakter Shuichi Akai yang dalam kisah aslinya
diperlihatkan seolah sudah tewas, turut dimunculkan dalam adegan kilas balik
melalui pikiran Jodie Starling. Subaru Okiya tampil sebagai karakter
pendukung yang menjadi pamungkas di saat-saat terakhir.
Film ini juga memasukkan banyak adegan laga ala film
Hollywood di awal cerita. Akan tetapi, imajinasi yang terlalu berlebihan dari
aksi Conan Edogawa (meskipun ia adalah versi anak kecil dari detektif
remaja Shinichi Kudo) di awal serta klimaks film, berpotensi menimbulkan
kesan yang sangat tidak masuk akal bagi beberapa penonton.
Di luar kelemahan lain seperti alur yang terlalu lambat dan
durasi yang terasa seperti diulur-ulur oleh bumbu adegan yang dirasa kurang
penting khas anime Jepang, namun jika disikapi dengan santai, film
ini sangat menghibur dan seru untuk diikuti.
Bagi yang belum menyaksikannya, lalu tertarik menonton
setelah membaca tulisan ini, Anda bisa langsung ke bioskop Blitz Megaplex
terdekat,atau nunggu download-tannya aja :) . Namun meski Detective Conan
memiliki genre film animasi, ada baiknya Anda tidak mengajak anak-anak di bawah
12 tahun saat hendak menyaksikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar