Senin, 30 April 2018

Terlewatkan,dan Memang Sudah Seharusnya #NotetoMyself


Sebuah komitmen perlu untuk selalu kau perbaharui, entah karena memang kau membutuhkannya, maupun agar suatu waktu ia tak terhembus oleh sejuknya godaan.
.
Entah sang waktu masih mempersilahkanku untuk membuat tulisan ini, agar komitmenku tidak lepas karena selisih berapa saat. Mungkin sudah kehabisan ide, atau mungkin akan kugali lagi lebih dalam tentang semua dan apapun yang menjadi warna dalam keseharian.
.
Aku sudah cukup muak menuliskan tentangnya, parasnya yang masih mengunci mataku, lebih parahnya masa lalu yang manis, yang memaksa, mengurung rasa, hingga lelahku dibuatnya. Terlalu manis, hingga susah diri ini untuk beranjak darinya. Lebih tepatnya aku masih merasakan waktu terhenti tepat ketika kita sedang asiknya bersenda gurau ditengah malam, membunuh rasa kantuk, saling berbalas, hingga waktu memisahkan. 
.
.
Aku selalu mengelak ketika ditanya apakah masih ada perasaan yang tertinggal atasnya, karena memang aku sudah tidak merasakannya. Lebih tepatnya menjadi bisu dalam waktu, aku masih menyukainya, namun dalam bentuk yang berbeda, tanpa dimensi, masih dengan rasa canggung ketika bertemu. Penuh rahasia, menjadi pribadi berbeda. aaaarrghh...
.
Jika kau tau apa yang kurasa, ini rasanya sangat aneh, lebih kerana aku sudah membunuh perasaan seseorang yang menaruh hatinya padaku, sedang aku masih bersikap tak jelas terhadap entitas yang tak jelas apa maunya,rasanya ingin meluap.
.
.
Catatan bagi diriku, berhenti mengejar masa lalu. Intinya, aku menyukai seseorang, tapi orang itu ada di masa lalu!!!! Aku tidak bisa menggapainya. Aku masih bisa melihatnya yang sekarang,tapi aku benci, karena aku selalu melihat masa lalu setiap kali melihatnya,sedang ia telah menjadi orang yang benar-benar berbeda.
.
Tidak, bukan gagal beranjak, aku hanya terlalu dan sangat terlalu menghargai pertemuan itu, lebih tepatnya karena momen itu terjadi ketika aku masih dalam masa remaja labil yang ingin merasakan indahnya kasmaran.
.
Aku masih ingin mengulik rasa penasaran itu... yang sebenarnya buat apa? Entahlah, toh lilin itu sudah kutiup dengan sungguh-sungguh hingga kabarnya pun aku sudah tak ingin mau tau.
.
Mari menjadi lebih bijak, mari menjadi pribadi yang sulit jatuh cinta.

2 komentar: